Materi
sosiologi politik
Politisi
sakit!!!!!!!!!!
Teman
saya , secara lantang berujar kepada seorang psikolog, “ you kan psikolog, you
seharusnya lebih banyak di DPR atau di istana, benerin itu elit-elit politik,
kerjaannya Cuma berebut kekuasaan, jual rumah untuk jadi DPR, hutang sana sini
untuk menjadi DPR, apa tidak aneh tuh sampai segitunya, kayaknya pada sakit
jiwa kali?”. Teman saya memang sedikit sinis melihat politisi sekarang. Saya
tidak tahu dia pernah membaca buku harold D.laswell yang berjudul
“psychopathology and politics”, yang pada dasarnya para politisi secara
psikologis itu bisa dibilang “agak sakit”, terutama bila melihat kepada
psikodinamika dari motivasi politisi.
Menurut
pakar psikologi politik itu, pada hakikatnya kekuasaan lah yang menjadi motiv
utama para politisi. Selain hal yang tadi saya sampaikan kenapa politisi
sedikit sedang sakit karena kita ini negara demokrasi yang pemilihannya secara
langsung, menggunakan anggaran besar, namun apa hasilnya sebanding dengan semua
itu. Fenomena demokrasi yang sudah tidak baik, andaikan masih menjadi calon
pejabat saja sudah melanggar peraturan apakah kemungkinan dia akan tertib
setelah menjabat? Contohnya para calon melanggar peraturan adalah memasang
sepanduk bukan pada tempatnya, tidak mencopot atribut setelah hari tenang. Masa
mereka memasang begitu saja namun mereka tidak bertanggung jawab untuk
membersihkannya kembali????? Aneh bukan. Inilah tanda dari para politisi yang
mulai tidak tertib aturan, apakah ini patut menjadi pemimpin yang nantinya
menjadi panutan, contoh untuk masyarakat yang dipimpinnya, tentu tidak. Oleh
karena itulah kita sebagai generasi muda jangan menyalahkan yang sudah-sudah
namun marilah kita bentuk pribadi kita yang baik, yang tertib, yang pantas
menjadi pemimpin nanti. Masa depan bangsa manapun di dunia ini semuanya ada
pada tangan anak muda sekarang namun kita jangan sampai terpengaruh hal negatif
dari masa yang lalu. Kita orang baik maka kita harus buat bangsa dan negara
kita baik pula.
Saya
kira bisa benar, kalau yang menjadi tujuan para politisi adalah kekuasaan semata,
kita bisa curiga nuntuk dan demi apa kekuasaan tersebut? Kekuasaan hanya
legitimate jika digunakan demi dan untuk tujuan kemaslahatan bersama, itupun
dengan catatan kekuasaan tersebut harus dijalankan dengan bingkai etika dan
moral. Namun, sekali lagi kita tekankan kita tetap harus memberi kesempatan
ataupun kepercayaan pada para politisi karena saya yakin masih ada politisi
yang benar-benar mengabdi untuk masyarakat dan negara ataupun suatu bangsa
tertentu.
Bagaiamana
jika pada kenyataannya sistem politik tidak jelas dan rakyatnya pun juga
“kurang sehat”? inilah komplikasi politik kita. Kita berada ditengah warisan
sistem politik yang tidak jelas, masyarakat sipil yang lemah dan elit politik
yang memang dari dasarnya sudah sakit. Selama berpuluh-puluh tahun , kita
selalu diajarkan untuk selalu percaya bahwa masyarakat kita masih terkendala
oleh budaya paternalistik, elit kita di puja0puja dan potensi rakyat kita
lemah.
Menurut
saya terlepas dari masih adanya segelintir rakyat yang mudah mengamuk karena
elit politiknya dipersoalkan-sebagian besar sebenarnya sudah mulai dewasa
secara politik. Meraka mulai tidak terpengaruh gejolak elit politik. Buktinya
transaksi ekonomi berjalan adem-ayem
saja, kelompok-kelompok pekerja/profesional bekerja seperti biasanya. Justru
elit politik yang makin memperlihatkan “patologis”nya dengan sibuk bermanuver
demi dan untuk kepuasan nafsu berkuasa. Namun persoalannya, bagaimana cara
mengubah format sistem politik kita yang lebih memungkinkan partisipasi aktif
rakyat sebagai pengontrol elit politik; rakyat sebagai superbody dari politik. Sehingga dengan begitu elit politiknya juga
akan “sehat”, tidak “sakit” seperti sekarang-sekarang ini.
Salam
hangat dariku
No comments:
Post a Comment