Monday, 27 October 2014

masalah politisi



Materi sosiologi politik

Politisi sakit!!!!!!!!!!

Teman saya , secara lantang berujar kepada seorang psikolog, “ you kan psikolog, you seharusnya lebih banyak di DPR atau di istana, benerin itu elit-elit politik, kerjaannya Cuma berebut kekuasaan, jual rumah untuk jadi DPR, hutang sana sini untuk menjadi DPR, apa tidak aneh tuh sampai segitunya, kayaknya pada sakit jiwa kali?”. Teman saya memang sedikit sinis melihat politisi sekarang. Saya tidak tahu dia pernah membaca buku harold D.laswell yang berjudul “psychopathology and politics”, yang pada dasarnya para politisi secara psikologis itu bisa dibilang “agak sakit”, terutama bila melihat kepada psikodinamika dari motivasi politisi.

Menurut pakar psikologi politik itu, pada hakikatnya kekuasaan lah yang menjadi motiv utama para politisi. Selain hal yang tadi saya sampaikan kenapa politisi sedikit sedang sakit karena kita ini negara demokrasi yang pemilihannya secara langsung, menggunakan anggaran besar, namun apa hasilnya sebanding dengan semua itu. Fenomena demokrasi yang sudah tidak baik, andaikan masih menjadi calon pejabat saja sudah melanggar peraturan apakah kemungkinan dia akan tertib setelah menjabat? Contohnya para calon melanggar peraturan adalah memasang sepanduk bukan pada tempatnya, tidak mencopot atribut setelah hari tenang. Masa mereka memasang begitu saja namun mereka tidak bertanggung jawab untuk membersihkannya kembali????? Aneh bukan. Inilah tanda dari para politisi yang mulai tidak tertib aturan, apakah ini patut menjadi pemimpin yang nantinya menjadi panutan, contoh untuk masyarakat yang dipimpinnya, tentu tidak. Oleh karena itulah kita sebagai generasi muda jangan menyalahkan yang sudah-sudah namun marilah kita bentuk pribadi kita yang baik, yang tertib, yang pantas menjadi pemimpin nanti. Masa depan bangsa manapun di dunia ini semuanya ada pada tangan anak muda sekarang namun kita jangan sampai terpengaruh hal negatif dari masa yang lalu. Kita orang baik maka kita harus buat bangsa dan negara kita baik pula.

Saya kira bisa benar, kalau yang menjadi tujuan para politisi adalah kekuasaan semata, kita bisa curiga nuntuk dan demi apa kekuasaan tersebut? Kekuasaan hanya legitimate jika digunakan demi dan untuk tujuan kemaslahatan bersama, itupun dengan catatan kekuasaan tersebut harus dijalankan dengan bingkai etika dan moral. Namun, sekali lagi kita tekankan kita tetap harus memberi kesempatan ataupun kepercayaan pada para politisi karena saya yakin masih ada politisi yang benar-benar mengabdi untuk masyarakat dan negara ataupun suatu bangsa tertentu.

Bagaiamana jika pada kenyataannya sistem politik tidak jelas dan rakyatnya pun juga “kurang sehat”? inilah komplikasi politik kita. Kita berada ditengah warisan sistem politik yang tidak jelas, masyarakat sipil yang lemah dan elit politik yang memang dari dasarnya sudah sakit. Selama berpuluh-puluh tahun , kita selalu diajarkan untuk selalu percaya bahwa masyarakat kita masih terkendala oleh budaya paternalistik, elit kita di puja0puja dan potensi rakyat kita lemah. 

Menurut saya terlepas dari masih adanya segelintir rakyat yang mudah mengamuk karena elit politiknya dipersoalkan-sebagian besar sebenarnya sudah mulai dewasa secara politik. Meraka mulai tidak terpengaruh gejolak elit politik. Buktinya transaksi ekonomi berjalan adem-ayem saja, kelompok-kelompok pekerja/profesional bekerja seperti biasanya. Justru elit politik yang makin memperlihatkan “patologis”nya dengan sibuk bermanuver demi dan untuk kepuasan nafsu berkuasa. Namun persoalannya, bagaimana cara mengubah format sistem politik kita yang lebih memungkinkan partisipasi aktif rakyat sebagai pengontrol elit politik; rakyat sebagai superbody dari politik. Sehingga dengan begitu elit politiknya juga akan “sehat”, tidak “sakit” seperti sekarang-sekarang ini.


Salam hangat dariku

No comments:

Post a Comment